jadi ada satu hal yang saya pikir bertentangan dengan apa yang saya rasakan.
sebagai orang yang tidak mengerti tentang puisi dan bagaimana seharusnya puisi itu dibuat, saya pikir akhir-akhir ini terlalu banyak orang yang mengagungkan puisi sebagai alat untuk mengekpresikan jiwanya.
ketika puisi hendak dijadikan sebuah karya maka ada tuntutan untuk mengerjakan beberapa puisi, dengan keharusan bahwa diksi dan makna haruslah sesuai dengan kemauan si bos besar.
saya pikir aneh!
puisi yang bagus menurut saya adalah yang dimengerti orang sebagai alat untuk menguatkan jiwanya sebagai penghias dengan rangkaian kata yang indah.
tapi yang belakangan terjadi adalah puisi mereka buat sedemikian rumit, semakin rumit semakin baik.
sekali lagi aneh!
jika pengandaian terlalu rumit dan melepaskan aspek pembaca maka puisi itu saya nilai gagal. untuk apa pembaca begitu terkesima tapi makna dari puisi itu tidak tahu. mereka menjual kata untuk dirangkai tapi tidak membuat orang yang membacanya mengerti dan mengambil kesimpulan terhadap puisinya.
aneh! kan?
sampai kapan? entahlah mungkin sampai mereka tahu bahwa puisi untuk orang awam seperti saya haruslah menggunakan bahasa yang lebih mudah agar pesan dan makna dari puisi itu tersampaikan.
dan satu hal lagi. puisi adalah ekspresi jiwa, jika saya membuat puisi dan orang berkata lain maka saya tetap pada puisi saya, karena itu melambangkan apa yang saya pikirkan, saya rasakan, dan pemilihan kata haruslah dari apa yang saya pilih. ketika masukan datang dan bilang bahwa kata ini buruk, kata itu bagus, ini harus diganti, da ini harus dipertahankan maka bilanglah kepada di pengomentar agar diam dan buat puisinya sendiri!
bukan maksud tidak mau dikritik tapi sekali lagi puisi adalah perlambang jiwa. sangat aneh ada orang yang mau diperintah untuk menyesuaikan kata puisi sesuai si pengkomentar.
terakhir! Aneh!
0 komentar:
Posting Komentar