pada senja berikutnya aku mencoba berlomba pada waktu untuk menyeduh sebuah kopi.
sejenak aku berpikir kembali pada kopi mana yang aku buat menjadi sebuah minuman. sekarang waktu adalah batasan aku berfikir. artinya aku harus melampau keinginanku untuk menciptakan kopi terbaik kerena senja tak mau menunggu. sehingga pada akhirnya kopi berhasil ku buat tapi entah akan bagaimana rasanya.
aku bilang padamu agar tidak terlalu takut pada kopi yang kau seduh, apakah nantinya akan manis atau pahit. begitu pun tentang cinta, jangan kau takut untuk gagal. pada dasarnya cinta adalah cinta yang tidak dapat diperhitungkan. agaknya kau mengerti tentang kosekuensinya.
begitu rasa senja dengan kopi yang tidak terlalu nikmat sore ini. senja yang indah tidak terlalu bersahabat karena tak mau menunggu rasa kopi nikmat. kopi tetaplah kopi. tidak dapat menjadi capuccino ataupun segelas teh hangat. pernah aku berfikir untuk menciptakan kopi dengan cream yang sangat banyak sehingga warnanya kecoklatan. bisa dibilang aku pengagum capuccino. tapi kopi tetaplah kopi. walau warnanya sama tetap rasanya pahit.
begitupun cintaku padamu, sering aku tawarkan kesenangan. walau kemudian kau tidak pernah tersenyum. tapi aku tidak pernah menyerah. yah, kemauanku adalah keharusan. keharusan adalah bertahan. dan bertahan adalah perjuangan. disinilah aku. menunggu senja yang akan datang. setiap senja yang akan muncul menimbulkan efek kerinduan bersamamu. walau aku tahu senja terbaik tidak tahu kapan akan datang, tapi setidaknya aku mulai mencoba membuat kopi terbaik untuk dinikmati.
walau kemudian ada pilihan menyeduh capuccino ataupun teh hangat yang lebih manis. tapi ketahulah tekadku bulat, membuat kopi senikmat mungkin. mungkin.
0 komentar:
Posting Komentar